Aku mengetuk-ngetukkan ujung sepatuku di depan gedung perpustakaan kampusku sore ini. Sudah 2 jam lebih aku menunggu seseorang akan datang. Dan, tentu saja aku mengharapkannya datang. Nyatanya, hingga pukul 16.00 sore ini dirinya tak kunjung datang.
Untuk kesekian kalinya dia membuatku menunggunya. Entah mengapa, dia sepertinya nampak baik-baik saja membuatku menunggunya. Dan anehnya, akupun tak pernah merasa kesal dengan perlakuannya. Namun, kali ini berbeda. Kesabaranku habis dibuatnya.
Sementara aku merutuki diriku sendiri yang menunggunya, nampak seseorang dengan langkah santai menuju arahku. Nampak matanya hendak melihatku, namun ketika aku membalas melihat matanya, dia melihat kearah lain. Dan, sekali lagi membuatku kesal.
"Darimana saja ? Perjanjiannya jam 2 siang kan?" Kataku sambil melihat ke arah lain, berusaha tidak melihat matanya. Ya, matanya yang membuatku selalu lupa akan kekesalanku padanya.
"Maaf, tadi aku ada ujian"
"Kok, nggak ngabarin? Kan capek nungguin kamu neval".
"Tadi mau ngabarin key, tapi baterai hpku habis, maafin yah"
"Trus ngapain kamu kesini? Tau kan kalo perpusnya tutup jam 3 tadi?"
"Aku tau, dan aku juga tau kamu bakalan nunggu aku sampe aku datang", balasnya sambil mencium keningku.
Kata-kata itu. Kata-kata itu yang tak mampu membuatku untuk berlama-lama memarahinya. Kata-kata itu sudah cukup mampu membuatku nyaman.
"Sebagai permintaan maaf, kita makan di tempat favoritku yah" katanya sambil memegang tanganku dengan erat dan berjalan perlahan meninggalkan kampus.
"Oke, dan kalau lain kali kamu begini, aku nggak akan mau dibujuk dengan apapun lagi"
"Kata-katanya begitu terus, tapi nggak pernah terbukti tuh" balasnya sambil tertawa.
Ketika kami sampai, ternyata tempat makan favoritnya hanyalah sebuah gerobak besar yang berada di pinggir pantai. Ini, ini yang membuatku menyukainya. Dia, sederhana dan apa adanya. Bukan seperti pria pada umumnya. Dia bukan tipe pria yang menyombongkan miliknya yang notabene milik orangtuanya, namun, dia pria yang menyombongkan apa yang membuatnya bahagia didunia. Inilah mengapa, sampai saat ini, aku belum mampu untuk meninggalkannya. Ya, walaupun aku tahu, kami tidak memiliki hubungan lebih dari seorang teman.
Apakah aku salah ? Apakah aku harus meninggalkannya ? Keinginanku cukup sederhana, aku hanya ingin mengetahui perasaannya dan aku hanya ingin dia tahu bahwa aku menyayanginya. Aku tak tahan dengan perlakuannya yang memperlakukanku seperti mantannya. Ya, dia baru saja putus dengan pacarnya. Dan, entah mengapa, sikap kasih sayang yang tak pernah dia tunjukkan padaku, dia berikan ketika dia putus. Apakah hanya pelampiasannya ? Kalau pelampiasannya, mengapa dia hampir tiap saat menghubungiku hanya untuk menanyakan keadaanku ? Kalau hanya untuk membuat mantannya cemburu, mengapa tiap malam dia datang ke rumahku dan bercengkrama dengan orang tuaku ? Dan, seandainya, dia menyayangiku, mengapa dia membuatku terbingung dengan sikapnya ? Mengapa ketika aku dekat dengan pria lain, secara tiba-tiba dia menanyakan hubunganku dengannya dan dengan pria itu ?
Jangan membuatku bertahan dengan perasaan yang bimbang ini tuan. Sejujurnya, aku tak mampu bertahan dengan perasaan ini. Aku menyayangimu, namun aku akan melepaskan ketika cintaku bukan yang kamu inginkan.
"Perasaanku akan kuperjuangkan, namun tak akan kuperjuangkan perasaanmu, jika kamu tak menginginkan perasaanku".
Teruntuk kamu tuan 02,
Dari seorang wanita dengan sifat kekanakannya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar